Kamis, 17 Oktober 2019



DIKONTRAKAN DAN DIKONTRAKKAN

Imron Samsuharto*

PEMAKAIAN suatu kata bentukan oleh pengguna bahasa dalam kehidupan sehari-hari, tak jarang menafikan asal muasal kata tersebut. Asal muasal bolehlah diartikan proses munculnya atau terjadinya kata itu. Pada kasus tertentu, permasalahan yang berkisar pada pemakaian kata bisa membawa akibat yang tak bisa dianggap sepele.


    Dalam komunikasi bahasa sehari-hari, terlontarlah tentang kata bentukan dikontrakan dan dikontrakkan. Masing-masing diturunkan dari lema atau entri kontra dan kontrak. Jika mengacu pada KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), kata kontra berarti: (1) dalam keadaan tidak setuju; dalam keadaan menentang; (2) menentang (pendapat, dsb). Adapun kata kontrak berarti: (1) perjanjian (secara tertulis) antara dua pihak dalam perdagangan, sewa-menyewa, dsb; (2) persetujuan yang bersanksi hukum antara dua pihak atau lebih untuk melakukan atau tidak melakukan kegiatan.
Bentuk turunan dikontrakan berasal dari lema kontra, mendapat bubuhan di-…-kan menjadi dikontrakan.  Makna dari dikontrakan adalah dipertentangkan mengenai sesuatu hal. Sedangkan dikontrakkan berasal dari lema kontrak yang mendapat bubuhan di-…-kan menjadi dikontrakkan.  Makna dari dikontrakkan adalah disewakan tentang suatu tempat bangunan (toko, rumah, industri, dsb) dengan perjanjian tertentu yang biasanya secara tertulis.
      Jika terlintas kata kontra dalam jagat bahasa, berarti ada sesuatu pertentangan atau hal ketidaksetujuan di balik makna kata tersebut, sedangkan kata kontrak mengindikasikan pada pengertian suatu perjanjian sewa-menyewa, atau perundingan dalam suatu bentuk persetujuan tertentu yang bermuatan sanksi hukum.

Badan Intelijen Negara dan Kepolisian Negara RI menggiatkan kegiatan kontra radikalisasi di daerah yang dianggap rawan, termasuk lembaga negara dan pusat pendidikan. (Kompas, Rabu, 21 November 2018, hlm 3)

Saat pelantikan SKK Migas berlangsung, Menteri Jonan mendorong Dwi mempercepat peralihan kontrak lama .... (Tempo, 10-16 Desember 2018, hlm 105)

       Pada contoh di atas terdapat kata kontra radikalisasi, yang bermakna ketidaksetujuan atau menentang atas suatu paham (gerakan) radikalisasi. Radikalisasi merupakan paham yang ditengarai mengancam persatuan dan kesatuan bangsa, maka BIN (Badan Intelijen Negara) dan Kepolisian mengantisipasi melalui kegiatan yang kontra atau bertentangan (berlawanan) dengan radikalisasi tersebut di tempat-tempat tertentu. Sedangkan contoh kontrak yang mengandung makna suatu perjanjian atau perundingan yang bermuatan sanksi hukum, ada pada kalimat di bawahnya.
         Ada fakta kebahasaan, bahwa bentuk yang semestinya bermakna dikontrakkan malah melenceng dari maksud yang dikehendaki karena kekeliruan pemakaian bentuk dikontrakan. Ini biasa terjadi saat seseorang memajang semacam poster atau iklan pendek terbuka yang dipasang di bagian depan sebuah toko, ruko (rumah toko), rukan (rumah kantor), atau rumah hunian, dengan tulisan kapital nan mencolok: DIKONTRAKAN. Lazimnya dilengkapi nomor telepon seluler yang bisa dihubungi.
Andai saja pembaca poster atau iklan tersebut kritis, dalam benaknya boleh jadi beranggapan bahwa tempat yang diiklankan itu dalam posisi dipertentangkan atau disengketakan oleh para pihak, maka berefek tak ada respons dan tak laku-laku. Padahal maksud sebenarnya adalah tempat tersebut dikontrakkan, dan pembaca iklan yang berminat diharapkan menghubungi nomor telepon seluler sebagaimana termuat pada iklan itu. Inilah contoh kasus pemakaian kata yang membawa akibat yang tak bisa dianggap sepele.
            Namun demikian, bentuk dikontrakan dalam komunikasi lisan nyaris sulit dibedakan dengan bentuk dikontrakkan. Pelafalan /di-kon-tra-kan/ dan /di-kon-trak-kan/ sekilas terdengar sama. Maka, ketika misalnya seseorang berkata, ”Saya tinggal di kontrakan”, berarti tidak ada hubungannya dengan dikontrakan yang bermakna dipertentangkan. Orang tadi menginformasikan, bahwa dia tinggal di sebuah rumah kontrakan. Artinya, bentuk di kontrakan juga dipakai dalam komunikasi berbahasa, di samping bentuk dikontrakan. Hanya saja, di antara keduanya terdapat makna yang berbeda, bahkan berkontradiksi.
           Jadi, suatu saat akan sangat mungkin terjadi sebuah bangunan rumah yang semula dikontrakan oleh beberapa pihak, lalu diberesi oleh pihak yang berkepentingan hingga tuntas tanpa ada pertentangan lagi, kemudian rumah tersebut dikontrakkan. Setelah dipasang papan iklan di depan rumah itu dengan tulisan mencolok: DIKONTRAKKAN disertai nomor handphone yang bisa dihubungi, beberapa waktu kemudian resmilah tempat yang tadinya dipertentangkan itu dikontrak oleh seseorang. Papan iklan lalu dicopot atau dilepas karena rumah yang diiklankan tersebut sudah laku dikontrak. Dan pengontrak pun tinggal di kontrakan itu dengan nyaman.
           
                                                                 *) EDITOR ONLINE, LULUSAN  FS (kini FIB) UNDIP SEMARANG

Tidak ada komentar:

Posting Komentar