DIKONTRAKAN DAN DIKONTRAKKAN
Imron Samsuharto*
PEMAKAIAN suatu kata bentukan oleh pengguna bahasa dalam kehidupan
sehari-hari, tak jarang menafikan asal muasal kata tersebut. Asal muasal
bolehlah diartikan proses munculnya atau terjadinya kata itu. Pada kasus
tertentu, permasalahan yang berkisar pada pemakaian kata bisa membawa akibat
yang tak bisa dianggap sepele.
Dalam komunikasi
bahasa sehari-hari, terlontarlah tentang kata bentukan dikontrakan dan dikontrakkan.
Masing-masing diturunkan dari lema atau entri kontra dan kontrak. Jika
mengacu pada KBBI (Kamus Besar Bahasa
Indonesia), kata kontra berarti:
(1) dalam keadaan tidak setuju; dalam keadaan menentang; (2) menentang
(pendapat, dsb). Adapun kata kontrak
berarti: (1) perjanjian (secara tertulis) antara dua pihak dalam perdagangan,
sewa-menyewa, dsb; (2) persetujuan yang bersanksi hukum antara dua pihak atau
lebih untuk melakukan atau tidak melakukan kegiatan.
Bentuk turunan dikontrakan berasal dari lema kontra,
mendapat bubuhan di-…-kan menjadi dikontrakan. Makna dari dikontrakan adalah dipertentangkan
mengenai sesuatu hal. Sedangkan dikontrakkan
berasal dari lema kontrak yang
mendapat bubuhan di-…-kan menjadi dikontrakkan. Makna dari dikontrakkan adalah disewakan tentang suatu tempat bangunan (toko,
rumah, industri, dsb) dengan perjanjian tertentu yang biasanya secara tertulis.
Jika terlintas kata kontra dalam jagat bahasa, berarti ada
sesuatu pertentangan atau hal ketidaksetujuan di balik makna kata tersebut,
sedangkan kata kontrak
mengindikasikan pada pengertian suatu perjanjian sewa-menyewa, atau perundingan
dalam suatu bentuk persetujuan tertentu yang bermuatan sanksi hukum.
Badan Intelijen
Negara dan Kepolisian Negara RI menggiatkan kegiatan kontra radikalisasi di
daerah yang dianggap rawan, termasuk lembaga negara dan pusat pendidikan. (Kompas, Rabu, 21 November 2018, hlm 3)
Saat pelantikan SKK
Migas berlangsung, Menteri Jonan mendorong Dwi mempercepat peralihan kontrak
lama .... (Tempo, 10-16 Desember
2018, hlm 105)
Pada contoh di atas
terdapat kata kontra radikalisasi, yang
bermakna ketidaksetujuan atau menentang atas suatu paham (gerakan)
radikalisasi. Radikalisasi merupakan paham yang ditengarai mengancam persatuan
dan kesatuan bangsa, maka BIN (Badan Intelijen Negara) dan Kepolisian
mengantisipasi melalui kegiatan yang kontra
atau bertentangan (berlawanan) dengan radikalisasi tersebut di tempat-tempat
tertentu. Sedangkan contoh kontrak
yang mengandung makna suatu perjanjian atau perundingan yang bermuatan sanksi
hukum, ada pada kalimat di bawahnya.
Ada fakta kebahasaan,
bahwa bentuk yang semestinya bermakna dikontrakkan
malah melenceng dari maksud yang dikehendaki karena kekeliruan pemakaian bentuk
dikontrakan. Ini biasa terjadi saat
seseorang memajang semacam poster atau iklan pendek terbuka yang dipasang di
bagian depan sebuah toko, ruko (rumah toko), rukan (rumah kantor), atau rumah
hunian, dengan tulisan kapital nan mencolok: DIKONTRAKAN. Lazimnya dilengkapi nomor telepon seluler yang bisa
dihubungi.
Andai saja pembaca poster atau iklan tersebut
kritis, dalam benaknya boleh jadi beranggapan bahwa tempat yang diiklankan itu
dalam posisi dipertentangkan atau disengketakan oleh para pihak, maka berefek
tak ada respons dan tak laku-laku. Padahal maksud sebenarnya adalah tempat
tersebut dikontrakkan, dan pembaca
iklan yang berminat diharapkan menghubungi nomor telepon seluler sebagaimana
termuat pada iklan itu. Inilah contoh kasus pemakaian kata yang membawa akibat
yang tak bisa dianggap sepele.
Namun demikian,
bentuk dikontrakan dalam komunikasi
lisan nyaris sulit dibedakan dengan bentuk dikontrakkan.
Pelafalan /di-kon-tra-kan/ dan /di-kon-trak-kan/ sekilas terdengar sama. Maka,
ketika misalnya seseorang berkata, ”Saya tinggal di kontrakan”, berarti tidak
ada hubungannya dengan dikontrakan
yang bermakna dipertentangkan. Orang tadi menginformasikan, bahwa dia tinggal
di sebuah rumah kontrakan. Artinya, bentuk di
kontrakan juga dipakai dalam komunikasi berbahasa, di samping bentuk dikontrakan. Hanya saja, di antara
keduanya terdapat makna yang berbeda, bahkan berkontradiksi.
Jadi, suatu saat akan sangat mungkin
terjadi sebuah bangunan rumah yang semula dikontrakan
oleh beberapa pihak, lalu diberesi oleh pihak yang berkepentingan hingga
tuntas tanpa ada pertentangan lagi, kemudian rumah tersebut dikontrakkan. Setelah dipasang papan
iklan di depan rumah itu dengan tulisan mencolok: DIKONTRAKKAN disertai nomor handphone
yang bisa dihubungi, beberapa waktu kemudian resmilah tempat yang tadinya
dipertentangkan itu dikontrak oleh
seseorang. Papan iklan lalu dicopot atau dilepas karena rumah yang diiklankan
tersebut sudah laku dikontrak. Dan
pengontrak pun tinggal di kontrakan
itu dengan nyaman.
*) EDITOR ONLINE, LULUSAN FS (kini
FIB) UNDIP SEMARANG
Tidak ada komentar:
Posting Komentar