Jumat, 03 Februari 2023

 Aspek Sosio-estetis Lagu-lagu Sang Raja Dangdut


        Judul buku            :   Sang Raja Dangdut dalam Karya: Gaya, Estetika, Ideologi, dan Politik

                        Penulis                   :   Moh. Muzakka

                       Kata Pengantar      :   Rhoma Irama

                       Penerbit                  :   Pelataran Sastra Kaliwungu (PSK) Kendal, Jateng

                       Cetakan                  :    I, Februari 2022

                       Tebal                       :    vi + 166 halaman

                       ISBN                       :    978-623-5852-03-4    



Buku ini dibuka dengan ‘Kata Pengantar’ langsung dari Sang Raja Dangdut Rhoma Irama. Menurut Rhoma, buku berjudul Sang Raja Dangdut dalam Karya: Gaya, Estetika, Ideologi, dan Politik tulisan Moh Muzakka – dosen FIB Undip Semarang – ini menelaah beberapa buah lagu miliknya secara ilmiah dan mendalam. Sedikit beraroma hiperbolis, Rhoma merasa terharu sekaligus bersyukur kepada Allah Yang Maha Alim atas terbitnya buku tersebut.

Lirik lagu tak ubahnya sebuah puisi, memuat diksi indah yang terpilih. Ada luapan emosi atau ekspresi sang pencipta lirik dalam merespons berbagai persoalan yang terjadi di sekitarnya. Rhoma, sang seniman multitalenta, mengejawantahkan kesenimanannya melalui lagu dan film. Ribuan lagu diciptakannya, dan puluhan film telah dibintanginya.

Meskipun dikenal sebagai Raja Dangdut, substansi buku tentang lagu Rhoma ini tidak terjebak pada perdangdutan semata, melainkan juga meninjau sisi lain figur Rhoma sebagai bintang film (aktor), dai (pendakwah), politisi, dan pengusaha (entertainment). Maka, tidak heran sebutan multitalenta rasanya pas disematkan pada sosok Rhoma itu.

Rhoma eksis bermusik di jalur dangdut sejak 1970-an hingga sekarang bersama grup Soneta. Tema lagu yang diusung beragam mulai dari nasionalisme, kritik sosial, kemanusiaan, percintaan, hingga keagamaan. Penggemar atau fans yang mengidolakannya pun berjuta-juta jumlahnya.

Sebenarnya Rhoma Irama sangat berbakat dalam berbagai aliran musik terutama pop, rock, orkes Melayu, India, dan Arab. Semua jenis itu pernah dijalaninya dalam kariernya bermusik, bahkan hasilnya dapat dikatakan gemilang dan berprestasi baik. Namun, karier gemilangnya dikukuhkan dengan pendirian grup musik Orkes Melayu (OM) Soneta yang didirikannya pada 11 Desember 1970 (halaman 4-5).

 Pendekatan Stilistika        

           Pendekatan akademis yang dipakai Moh Muzaka untuk menelaah lirik lagu-lagu Rhoma adalah stilistika atau kajian yang fokus pada gaya bahasa dalam karya sastra. Artinya, lirik lagu yang jadi objek penelaahan itu dominan bernilai sastra. Lirik lagu sebagai puisi, popularitasnya sama dengan lagu yang dinyanyikan oleh penyanyi sehingga lirik lagu memiliki jangkauan yang lebih luas penyebarannya dan keberterimaannya dalam masyarakat dibanding puisi-puisi lainnya. Maka, penelitian terhadap lirik lagu berbahasa Indonesia dari aspek stilistika menjadi sangat penting dalam pengembangan bahasa Indonesia.

           Lagu “Citra Cinta” (1982), misalnya, mewakili periode awal karier Rhoma bermusik. Sedangkan dari periode akhir (2020) dipilih lirik lagu “Virus Corona”. Dari sana dapat ditelusur gaya bahasa sang pencipta dalam penulisan lirik lagu. Jadi, aspek gaya bahasa menjadi pijakan utama dalam penelitian lirik itu.

           Lirik lagu tergolong genre puisi sehingga dibangun sebagaimana unsur-unsur pembangun puisi, yakni unsur bunyi dan diksi yang membentuk larik-larik yang membangun wacana tertentu dengan tema dan amanat tertentu pula. Oleh karena itu, sebagai genre puisi, lirik lagu yang diciptakan pengarang tersebut sangat mempertimbangkan unsur-unsur tersebut dalam proses penciptaannya (halaman 23).

           Metode penelitian yang dipergunakan adalah library research (riset kepustakaan) secara murni tanpa penelitian lapangan seperti wawancara pada pencipta lirik. Teknik simak dan catat digunakan secara intens untuk mendukung metode guna mempermudah penganalisisan dengan pendekatan stilistika. Dengan demikian unsur bunyi, kata, frasa, dan kalimat dalam lirik lagu “Citra Cinta” dan “Virus Corona” itu bisa terdeteksi secara mendalam. Gaya bunyi, gaya kata, serta gaya kalimat dan wacana pun bisa terlihat nyata.

           Pembaca buku ini, terlebih jika ia memiliki rasa ketertarikan (penasaran) pada lagu “Citra Cinta” dan “Virus Corona”, akan menemukan penjabaran komprehensif mengenai substansi lirik lagu tersebut. Mulai dari aspek bunyi, kata, hingga kalimat (wacana). Pembaca juga akan menemukan kisi-kisi proses kreatif sang pencipta (penyanyi) dalam menelorkan lagu tadi. Demikianlah, pembaca bisa mendapatkan informasi lengkap lahirnya lagu itu. Pembaca tidak hanya mendendangkan atau menyenandungkan lagu tersebut, tetapi juga memahami pesan moral dan ruh yang dikandungnya.

 Sudut Pandang Estetika

           Bahasan dari sudut pandang estetika, dipilihlah lagu “Seni” (1987) dari periode/fase tengahan, dan “Buta Tuli” (1990-an) dari fase puncak karier Rhoma. Ada tiga aspek nilai dalam estetika, yakni aspek nilai keindahan (hiburan), nilai faidah (pendidikan), dan nilai kamal (spiritual).

           Sungguh puitis dan estetis performa lirik lagu “Seni” dan “Buta Tuli”. Perpaduan unsur asonansi, aliterasi, dan rima amat terasa sehingga memunculkan keindahan yang nyaris sempurna. Nilai faidah (pendidikan) memuat aspek moral berisi pesan pelajaran yang bermanfaat bagi pendengar lagu (lirik). Nilai spiritual yang merupakan aspek nilai tertinggi, juga terasa lekat, yang bisa saja bersumber atau merujuk pada ajaran keilahian.

           Lirik lagu Rhoma pun memuat nilai profetik, yang terdiri atas unsur humanisasi, liberasi, dan transendensi. Hal itu dicontohkan dalam lagu “Akhlak” (2019) dan “Virus Corona” (2020). Aspek akhlak atau pekerti yang baik, santun, beradab menjadi pesan yang kuat dan menonjol. Namun, ada juga aspek pencegahan atau penangkalan suatu perilaku yang terlarang. Di samping itu, terdapat unsur penghambaan (keimanan) kepada Tuhan.

           Aspek yang tak kalah menarik adalah pembahasan mengenai kegelisahan (kritik) Rhoma akan peran sosial perempuan. Nilai sosio-estetis menjadi keniscayaan. Itu terjabarkan pada lagu “Emansipasi Wanita” (1980-an) yang liriknya estetis, puitis, ekspresif, dan pragmatis. Secara kodrati, perempuan itu berbeda dengan laki-laki. Perempuan berhak diberi ruang sosial asalkan tidak kebablasan atau melampaui batas. Kalau ini dilanggar, sungguh terlalu!!

           Rhoma pun melontarkan kritik tajam kepada pemerintah. Itu tersurat pada lagu “Indonesia” (1980) yang ditohokkan pada penguasa. Antara lain tentang ketimpangan sosial si kaya dan si miskin, korupsi, tindakan memperkaya diri. Juga lagu “Hak Asasi”, “Rupiah”, “Mirasantika”, “Judi” yang diarahkan pada pelanggar norma.

           Dalam khazanah politik, Rhoma pernah bernaung pada PPP (Partai Persatuan Pembangunan) berlambang kakbah saat Pemilu 1977 dan 1982. Namun, di era pascareformasi haluan politiknya berpindah dan mendirikan Partai Idaman (Partai Islam Damai dan Aman), namun sayang sekali tidak lolos verifikasi KPU 2019.

 Peresensi : IMRON SAMSUHARTO, editor online lulusan FS (kini FIB) Undip Semarang

*) dimuat di harian JAWA POS edisi Sabtu, 3 September 2022, hlm 13

Tidak ada komentar:

Posting Komentar