Aspek Sosio-estetis Lagu-lagu Sang Raja Dangdut
Judul buku : Sang
Raja Dangdut dalam Karya: Gaya, Estetika, Ideologi, dan Politik
Penulis : Moh.
Muzakka
Kata Pengantar :
Rhoma Irama
Penerbit : Pelataran
Sastra Kaliwungu (PSK) Kendal, Jateng
Cetakan : I,
Februari 2022
Tebal : vi +
166 halaman
ISBN : 978-623-5852-03-4
Buku ini dibuka
dengan ‘Kata Pengantar’ langsung dari Sang Raja Dangdut Rhoma Irama. Menurut
Rhoma, buku berjudul Sang Raja Dangdut
dalam Karya: Gaya, Estetika, Ideologi, dan Politik tulisan Moh Muzakka –
dosen FIB Undip Semarang – ini menelaah beberapa buah lagu miliknya secara ilmiah
dan mendalam. Sedikit beraroma hiperbolis, Rhoma merasa terharu sekaligus
bersyukur kepada Allah Yang Maha Alim atas terbitnya buku tersebut.
Lirik lagu tak ubahnya sebuah puisi, memuat diksi indah yang terpilih. Ada luapan emosi atau ekspresi sang pencipta lirik dalam merespons berbagai persoalan yang terjadi di sekitarnya. Rhoma, sang seniman multitalenta, mengejawantahkan kesenimanannya melalui lagu dan film. Ribuan lagu diciptakannya, dan puluhan film telah dibintanginya.
Meskipun dikenal sebagai Raja Dangdut, substansi buku tentang lagu Rhoma ini tidak terjebak pada perdangdutan semata, melainkan juga meninjau sisi lain figur Rhoma sebagai bintang film (aktor), dai (pendakwah), politisi, dan pengusaha (entertainment). Maka, tidak heran sebutan multitalenta rasanya pas disematkan pada sosok Rhoma itu.
Rhoma eksis bermusik di jalur dangdut
sejak 1970-an hingga sekarang bersama grup Soneta. Tema lagu yang diusung
beragam mulai dari nasionalisme, kritik sosial, kemanusiaan, percintaan, hingga
keagamaan. Penggemar atau fans yang
mengidolakannya pun berjuta-juta jumlahnya.
Sebenarnya Rhoma Irama sangat
berbakat dalam berbagai aliran musik terutama pop, rock, orkes Melayu, India,
dan Arab. Semua jenis itu pernah dijalaninya dalam kariernya bermusik, bahkan
hasilnya dapat dikatakan gemilang dan berprestasi baik. Namun, karier
gemilangnya dikukuhkan dengan pendirian grup musik Orkes Melayu (OM) Soneta
yang didirikannya pada 11 Desember 1970 (halaman 4-5).
Pendekatan Stilistika
Pendekatan akademis
yang dipakai Moh Muzaka untuk menelaah lirik lagu-lagu Rhoma adalah stilistika
atau kajian yang fokus pada gaya bahasa dalam karya sastra. Artinya, lirik lagu
yang jadi objek penelaahan itu dominan bernilai sastra. Lirik lagu sebagai
puisi, popularitasnya sama dengan lagu yang dinyanyikan oleh penyanyi sehingga
lirik lagu memiliki jangkauan yang lebih luas penyebarannya dan
keberterimaannya dalam masyarakat dibanding puisi-puisi lainnya. Maka,
penelitian terhadap lirik lagu berbahasa Indonesia dari aspek stilistika
menjadi sangat penting dalam pengembangan bahasa Indonesia.
Lagu “Citra
Cinta” (1982), misalnya, mewakili periode awal karier Rhoma bermusik. Sedangkan
dari periode akhir (2020) dipilih lirik lagu “Virus Corona”. Dari sana dapat
ditelusur gaya bahasa sang pencipta dalam penulisan lirik lagu. Jadi, aspek
gaya bahasa menjadi pijakan utama dalam penelitian lirik itu.
Lirik lagu
tergolong genre puisi sehingga dibangun sebagaimana unsur-unsur pembangun
puisi, yakni unsur bunyi dan diksi yang membentuk larik-larik yang membangun
wacana tertentu dengan tema dan amanat tertentu pula. Oleh karena itu, sebagai
genre puisi, lirik lagu yang diciptakan pengarang tersebut sangat
mempertimbangkan unsur-unsur tersebut dalam proses penciptaannya (halaman 23).
Metode
penelitian yang dipergunakan adalah library
research (riset kepustakaan) secara murni tanpa penelitian lapangan seperti
wawancara pada pencipta lirik. Teknik simak dan catat digunakan secara intens
untuk mendukung metode guna mempermudah penganalisisan dengan pendekatan
stilistika. Dengan demikian unsur bunyi, kata, frasa, dan kalimat dalam lirik
lagu “Citra Cinta” dan “Virus Corona” itu bisa terdeteksi secara mendalam. Gaya
bunyi, gaya kata, serta gaya kalimat dan wacana pun bisa terlihat nyata.
Pembaca
buku ini, terlebih jika ia memiliki rasa ketertarikan (penasaran) pada lagu
“Citra Cinta” dan “Virus Corona”, akan menemukan penjabaran komprehensif
mengenai substansi lirik lagu tersebut. Mulai dari aspek bunyi, kata, hingga
kalimat (wacana). Pembaca juga akan menemukan kisi-kisi proses kreatif sang
pencipta (penyanyi) dalam menelorkan lagu tadi. Demikianlah, pembaca bisa
mendapatkan informasi lengkap lahirnya lagu itu. Pembaca tidak hanya
mendendangkan atau menyenandungkan lagu tersebut, tetapi juga memahami pesan
moral dan ruh yang dikandungnya.
Sudut Pandang Estetika
Bahasan
dari sudut pandang estetika, dipilihlah lagu “Seni” (1987) dari periode/fase
tengahan, dan “Buta Tuli” (1990-an) dari fase puncak karier Rhoma. Ada tiga
aspek nilai dalam estetika, yakni aspek nilai keindahan (hiburan), nilai faidah
(pendidikan), dan nilai kamal (spiritual).
Sungguh puitis
dan estetis performa lirik lagu “Seni” dan “Buta Tuli”. Perpaduan unsur asonansi,
aliterasi, dan rima amat terasa sehingga memunculkan keindahan yang nyaris
sempurna. Nilai faidah (pendidikan) memuat aspek moral berisi pesan pelajaran yang
bermanfaat bagi pendengar lagu (lirik). Nilai spiritual yang merupakan aspek
nilai tertinggi, juga terasa lekat, yang bisa saja bersumber atau merujuk pada
ajaran keilahian.
Lirik lagu
Rhoma pun memuat nilai profetik, yang terdiri atas unsur humanisasi, liberasi,
dan transendensi. Hal itu dicontohkan dalam lagu “Akhlak” (2019) dan “Virus
Corona” (2020). Aspek akhlak atau pekerti yang baik, santun, beradab menjadi
pesan yang kuat dan menonjol. Namun, ada juga aspek pencegahan atau penangkalan
suatu perilaku yang terlarang. Di samping itu, terdapat unsur penghambaan (keimanan)
kepada Tuhan.
Aspek yang
tak kalah menarik adalah pembahasan mengenai kegelisahan (kritik) Rhoma akan
peran sosial perempuan. Nilai sosio-estetis menjadi keniscayaan. Itu
terjabarkan pada lagu “Emansipasi Wanita” (1980-an) yang liriknya estetis,
puitis, ekspresif, dan pragmatis. Secara kodrati, perempuan itu berbeda dengan
laki-laki. Perempuan berhak diberi ruang sosial asalkan tidak kebablasan atau
melampaui batas. Kalau ini dilanggar, sungguh terlalu!!
Rhoma pun
melontarkan kritik tajam kepada pemerintah. Itu tersurat pada lagu “Indonesia”
(1980) yang ditohokkan pada penguasa. Antara lain tentang ketimpangan sosial si
kaya dan si miskin, korupsi, tindakan memperkaya diri. Juga lagu “Hak Asasi”,
“Rupiah”, “Mirasantika”, “Judi” yang diarahkan pada pelanggar norma.
Dalam
khazanah politik, Rhoma pernah bernaung pada PPP (Partai Persatuan Pembangunan)
berlambang kakbah saat Pemilu 1977 dan 1982. Namun, di era pascareformasi
haluan politiknya berpindah dan mendirikan Partai Idaman (Partai Islam Damai
dan Aman), namun sayang sekali tidak lolos verifikasi KPU 2019.
Peresensi : IMRON SAMSUHARTO,
editor online lulusan FS (kini FIB)
Undip Semarang
*) dimuat di harian JAWA POS edisi Sabtu, 3 September 2022, hlm 13
Tidak ada komentar:
Posting Komentar